MlatenMania.com - Tanaman salam (Eugenia polyantha) di Indonesia dikenal sebagai tanaman obat. Tanaman ini juga digunakan oleh masyarakat sebagai obat tradisonal dan penyedap masakan. Daun salam dikenal juga sebagai bay leaf, mengandung sedikit minyak atsiri 0,2%, mengandung utama senyawa utamametil khavicol, eugenol, dan citral. Kegiatan ini bertujuan pemanfaatan tanaman salam (Eugenia polyantha Wight) untukkesehatan dan makanan. Sosialisasi dilakukan pada masyarakat di sekitar keraton Surakarta. Hasilnya diperoleh bahwa salam bermanfaat terutama untuk penyedap makanan sekaligus sebagai obat herbal.
Daun Salam |
Kandungan Kimia Daun Salam
Tanaman salam mempunyai kandungan kimia minyak atsiri 0,2% (sitral, eugenol), flavonoid (katekin dan rutin), tannin dan metil kavicol (methyl chavicol) yang dikenal juga sebagai estragole atau p-allylanisole.
Eugenia polyantha mengandung tanin, minyak atsiri, seskuiterpen, triterpenoid, steroid, sitral, saponin, dan karbohidrat (Moeloek, 2006). Daun salam juga mengandung beberapa vitamin, di antaranya vitamin C, vitamin A, vitamin E, thiamin, riboflavin, niacin, vitamin B6, vitamin B12, dan folat. Beberapa mineral pada daun salam yaitu selenium, kalsium, magnesium, seng, sodium, potassium, besi, dan phospor (asiamaya.com). Untuk mendapatkan minyak atsiri, simplisia salam disuling dengan distilasi air dan uap selama 10 jam (Sembiring dkk, 2003 dan Wartini, 2009). Selanjutnya Wartini (2009), ekstrak flavor daun salam mengandung senyawa utama terdiri dari cis-4-dekenal (27,12%), oktanal (11,98%), a-pinen (9,09%), farnesol (8,84%), ß-osimen (7,62%), dan nonanal (7,60%).
Dengan berbagai kandungan zat yang terdapat pada tanaman salam, diharapkan tanaman ini di samping sebagai penyedap alami pada masakan dapat juga berfungsi menurunkan kadar kolesterol yang tinggi, dengan mekanisme kerja yaitu, merangsang sekresi cairan empedu sehingga kolesterol akan keluar bersama cairan empedu menuju usus, dan merangsang sirkulasi darah sehingga mengurangi terjadinya pengendapan lemak pada pembuluh darah. Selain daun yang dapat dimanfaatkan untuk masakan dan obat herbal, oleh Manganti (2011) dijelaskan bahwa kulit pohon salam berwarna cokelat muda keabu-abuan, biasa digunakan oleh nelayan sebagai pewarna jala ikan atau juga untuk pewarna anyaman bambu. Bunga salam kecil, berwarna putih kecoklatan, tumbuh pada malai di ujung ranting. Buah salam berupa beri, bentuk, karakter, dan warnanya mirip buah jamblang (Eugenia cuminii) tetapi ukurannya lebih kecil sekitar 0,6cm dengan panjang 1cm. Buah salam sangat disukai burung, hingga hal ini dimanfaatkan Dinas Pertamanan DKI Jakarta sebagai elemen taman agar burung pemakan buah mau tinggal menetap di taman tersebut. Buah salam bisa dikonsumsi dan enak dimakan, karena daging buahnya sangat tipis maka tidk pernah dimanfaatkan secara ekonomis. Buah yang sudah tua yang tidak dimakan oleh burung akan berjatuhan di bawah tajuk, biasanya buah ini dikumpulkan dan disemai (Foragri, 2012). Dari uraian tersebut tanaman salam dapat dikatakan sebagai tanaman multi fungsi.
Sifat Kimia dan Efek Farmakologis Daun Salam
Daun salam mempunyairasa kelat, wangi, dan bersifat astringent. Untuk pengobatan bagian daun yang paling banyak digunakan, bagian tanaman lain yang digunakan sebagai obat adalah akar, buah, dan kulit batang. Pengobatan secara tradisional menggunakan daun salam untuk mengobati kolesterol tinggi, kencing manis, hipertensi, gastritis, dan diare(Unp, 2010).
Mekanisme toksisitas fenol pada mikroorganisme meliputi inhibitor enzim oleh senyawa yang teroksidasi,kemungkinan melalui reaksi dengan grup sufhidril atau melalui interaksi non spesifik dengan protein. Sedangkanmekanisme sekuisterpenoid yang terdapat dalam minyak atsiri dispekulasi terlibat dalam kerusakan membransel kuman oleh senyawa lipofilik (Sudarsono,dkk., 2002).
Flavonoid adalah senyawa polifenol yang sesuai dengan struktur kimianyaterdiri dari flavonol, flavon, flavanon, isoflavon, katekin, antosianidin dan kalkon. Flavonoid bermanfaat sebagaianti viral, anti alergik, anti platelat, anti inflamasi, anti tumor dan anti oksidan sebagai sistem pertahanan tubuh. Flavonoid diketahui telah disintesis oleh tanaman dalam responnya terhadap infeksi mikroba sehingga efektif.
Manfaat Daun Salam untuk Kesehatan
Tanaman salam dikenal sebagai salah satu tanaman yang sering dimanfaatkan masyarakat untuk pengobatan alternatif. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh Dorlan (2002) Boyer dan Liu (2004), Hardhani (2008), Pidrayanti (2008), dan Muhtadi (2010) dapat ditunjukkan tentang berbagai manfaat dari daun salam.
- Mengurangi dislipidemia, khususnya hipertrigliseridemia. Hardhani (2008) pemberian ekstrak daun salam pada tikus putih jantan galur Wistar hiperlipidemia dengan dosis bertingkat yang diperoleh dari daun salamsegar sebesar 0,18 gram, 0,36 gram, dan 0,72 gram setiap hari selama 15 hari,dapat menurunkan kadar trigliserida serum tikus tersebut, dengan penurunan paling besar pada pemberian dosis 0,72 gram daun salamsegar. Adanya penurunan kadar trigliserida setelah pemberian ekstrak daun salam membuktikan bahwa terdapat senyawasenyawa aktif dalam daun salam yang mampu menurunkan kadar trigliserida serum. Hanya dalam kurun waktu yang singkat yaitu selama 15 hari, pada dosis 0,72 gam/hari didapatkan rerata kadar trigliserida yang lebih rendah dari kadar trigliserida hewan coba pada awal masa adaptasi (pengambilan darah hari ke-0).Senyawa-senyawa yang diduga mampu menurunkan kadar nitrigliserida tersebut adalah niasin, serat, tannin, dan vitamin C. Mekanisme kerja tannin yaitu bereaksi dengan protein mukosa dan sel epitel usus sehingga menghambat penyerapan lemak (Dorlan, 2002). Berdasarkan hal tersebut maka daun salam berpotensi untuk dipakai sebagai bahan obat untuk menurunkan kadar trigliserida pada manusia.
- Menurunkan kadar LDL Pemberian diet ekstrak daun salamperoral pada tikus wistar hiperlipidemia dengan dosis 0,18 g daun salam segar/hari; 0,36 g daun salam segar/hari; 0,72 g daun salam segar/hari selama 15 hari dapat menurunkan kadar low density lipoprotein (LDL) kolesterol serum tikus secara bermakna (p<0,05). Semakin tinggi dosis yang diberikan semakin tinggi penurunan kadar LDL kolesterol serum tikus (Pidrayanti, 2008). Daun salam dapat menurunkan kadar LDL kolesterol serum secara bermakna sesuai dengan peningkatan dosis yang diberikan karena daun salam mengandung senyawa aktif seperti quercetin yang terkandung dalam flavonoid selain sifatnya sebagai antioksidan, dapat menghambat sekresi dari Apo-B100 ke intestinum, sehingga jumlah Apo B akan mengalami penurunan. Apo-B merupakan pembentuk VLDL dan LDL. Berdasarkan survey yang dilakukan terhadap 40.000 wanita dewasa di Amerika Serikat, didapatkan bahwa wanita yang mengkonsumsi makanan dengan kandungan flavonoid, 35% di antaranya terbebas dari penyakitpenyakit kardiovaskuler. Kandungan quercetin yang tinggi dalam suatu makanan dapat memodulasi aktivitas dari platelet untuk mencegah timbulnya penyakit kardiovaskuler (Boyer dan Liu, 2004).
- Potensi menurunkan kadar asam urat. Hasil penelitian Muhtadi, dkk (2010) berdasarkan data uji praklinik antihiperurisemia, ekstrak daun salam dan jinten hitam (Nigella sativa Linn) dan kombinasinya dengan dosis tunggal 200 mg/kgBB terbukti berpotensi menurunkan kadar asam urat dalam darah mencit putih jantan galur BalbC yang diinduksi potassium oksonat dengan prosentase penurunan kadar asam urat berturut-turut adalah 79,35%, 61,29%, dan 72,90%. Sedangkan penurunan oleh allopurinol sebesar 93,55%. Dari hasil standarisasi ekstrak air daun salam adalah parameter kadar fenolat total dalam ekstrak daun salam sebesar 1,08% dan total flavonoid mempunyai kadar 0,196%. Dan hasil esktrak air jinten hitam kadar fenolat total sebesar 0,66% dan kadar flavonoid total sebesar 0,40%. Senyawa identitas dari ekstrak daun salam adalah fluoretin sedangkan ekstrak jinten hitam adalah luteolin. Perbedaan senyawa aktif tersebutlah yang membedakan potensiasi penurunan kadar asam urat darah mencit putih jantan. Dari hasil yang diperoleh lebih poten senyawa fluoretin dari ekstrak daun salam.
Manfaat Daun Salam untuk Penyedap Masakan
Daun salam merupakan salah satu daun yang dapat dimanfaatkan sebagai rempah atau bumbu dapur yang berfungsi menjadi pengharum dan penyedap alami aneka masakan. Di Indonesia daun salam bisa dipakai pada masakan jenis berkuah maupun tidak berkuahdan dengan penambahan santan atau tidak bersantan. Cara menggunakan daun salam pada masakan yaitu mencampurkan dua atau tiga helai daun segar atau kering ke dalam masakan misalnya daging, ikan, nasi, tahu, tempe, atau sayur mayur sehingga aroma masakan menjadi lebih harum dan sedap.
Potensi yang ada pada tanaman salam menjadikan tanaman ini layak untuk dibudidayakan dengan memanfaatkan lahan pekarangan yang kosong. Dengan demikian apabila kita akan memanfaatkannya tanpa harus membeli di pasar. Oleh karena tanaman salam termasuk pohon yang relatif besar dan tinggi hingga bisa mencapai 30 meter dan diameter batang antara 0,6- 1,3 meter (Manganti, 2011) maka tanaman salam juga layak ditanam sebagai tanaman penghijauan. Hal ini terlihat di DKI Jakarta dan sekitarnya tanaman salam digunakan sebagai peneduh jalan dan elemen taman. Di Taman Monas, Ancol, dan Taman Mini Indonesia Indah juga bisa dijumpai tanaman salam (Foragri,2012). Demikian pula di jalan-jalan kompleks perumahan, tanaman salam sudah dipakai sebagai tanaman peneduh dan di pedesaan sering ditanam sebagai tanaman pagar. Tanaman salam termasuk pohon tahunan kalau berhasil penanamannya akan mendukung program pemerintah kota Surakarta berupa penyusunan rencana tata ruang wilayah, di mana salah satu program yang akan dilaksanakan adalah memperhatikan masalah ruang terbuka hijau.
Sumber : Pemanfaatan Daun Salam (Eugenia Polyantha)Sebagai Obat Herbal Dan Rempah Penyedap Makanan (Kun Harismah dan Chusniatun Kun Harismah dan Chusniatun).
Komentar0
Tinggalkan komentar Anda disini: