MlatenMania.com - Sifilis merupakan salah satu IMS (infeksi menular seksual) yang menimbulkan kondisi cukup parah misalnya infeksi otak (neurosifilis), kecacatan tubuh (guma). Pada populasi ibu hamil yang terinfeksi sifilis, bila tidak diobati dengan adekuat, akan menyebabkan 67% kehamilan berakhir dengan abortus, lahir mati, atau infeksi neonatus (sifilis kongenital). Walaupun telah tersedia teknologi yang relatif sederhana dan terapi efektif dengan biaya yang sangat terjangkau, sifilis masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang meluas di berbagai negara di dunia. Bahkan sifilis masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal di banyak negara.
Sifilis, sebagaimana IMS lainnya, akan meningkatkan risiko tertular HIV. Pada ODHA, sifilis meningkatkan daya infeksi HIV. Pada mereka yang belum terinfeksi HIV, sifilis meningkatkan kerentanan tertular HIV. Berbagai penelitian di banyak negara melaporkan bahwa infeksi (Sumber: en.wikipedia.org/wiki/Syphilis) sifilis dapat meningkatkan risiko penularan HIV sebesar 3-5 kali. Peningkatan risiko penularan HIV karena sifilis menduduki peringkat kedua setelah chancroid. Namun, angka kejadian sifilis di berbagai populasi jauh lebih tinggi dibandingkan chancroid, sehingga peran sifilis dalam penyebaran HIV di masyarakat menjadi lebih bermakna. Jika diobati secara adekuat, tingkat kesembuhan sifilis sama tingginya dengan chancroid (>95%).
Tabel Risiko penularan HIV pada tiap jenis IMS dan tingkat kesembuhan |
Penyakit Sifilis
Sifilis adalah penyakit menular seksual yang ditandai dengan adanya lesi primer kemudian diikuti dengan erupsi sekunder pada area kulit, selaput lendir dan juga organ tubuh. Penyakit sifilis disebabkan oleh T. pallidum. T. pallidum merupakan salah satu bakteri spirochaeta. Bakteri ini berbentuk spiral.
Terdapat empat subspesies, yaitu T. pallidum subspesies pallidum yang menyebabkan sifilis, T. pallidum subspesies pertenue yang menyebabkan yaws, T. pallidum subspesies carateum yang menyebabkan pinta dan T. pallidum subspesies endemicum yang menyebabkan sifilis endemik (juga disebut bejel).
Klasifikasi bakteri penyebab sifilis
Kingdom: Eubacteria
Filum: Spirochaetes
Kelas: Spirochaetes
Ordo: Spirochaetales
Familia: Treponemataceae
Genus: Treponema
Spesies: T. pallidum
Subspesies: Pallidum
Penularan bakteri ini biasanya melalui hubungan seksual (membran mukosa vagina dan uretra), kontak langsung dengan lesi/luka yang terinfeksi atau dari ibu yang menderita sifilis ke janinnya melalui plasenta pada stadium akhir kehamilan.
Bakteri T. pallidum masuk dengan cepat melalui membran mukosa yang utuh dan kulit yang lecet lalu masuk ke dalam kelenjar getah bening dan aliran darah, kemudian menyebar ke seluruh organ tubuh. Bergerak masuk ke ruang intersisial jaringan dengan cara gerakan cork-screw (seperti membuka tutup botol). Beberapa jam setelah terpapar terjadi infeksi sistemik meskipun gejala klinis dan serologi belum kelihatan pada saat itu.
Darah dari pasien yang baru terkena sifilis ataupun yang masih dalam masa inkubasi bersifat infeksius. Waktu berkembang biak T. pallidum selama masa aktif penyakit secara invivo 30-33 jam. Lesi primer muncul di tempat kuman pertama kali masuk, biasanya bertahan selama 4-6 minggu dan kemudian sembuh secara spontan. Pada tempat masuknya, kuman mengadakan multifikasi dan tubuh akan bereaksi dengan timbulnya infiltrat yang terdiri atas limfosit, makrofag dan sel plasma yang secara klinis dapat dilihat sebagai papul. Reaksi radang tersebut tidak hanya terbatas di tempat masuknya kuman tetapi juga di daerah perivaskuler (T. pallidum berada diantara endotel kapiler dan sekitar jaringan), hal ini mengakibatkan hipertrofi endotel yang dapat menimbulkan obliterasi lumen kapiler (endarteritis obliterans). Kerusakan vaskular ini mengakibatkan aliran darah pada daerah papula tersebut berkurang sehingga terjadi erosi atau ulkus dan keadaan ini disebut chancre.
Bakteri T. pallidum merupakan bakteri gram negatif, berbentuk spiral yang ramping dengan lebar kira-kira 0,2 μm dan panjang 6-15 μm. Lengkung spiralnya/gelombang secara teratur terpisah satu dengan lainnya dengan jarak 1 μm, dan rata-rata setiap kuman terdiri dari 8-14 gelombang. Organisme ini aktif bergerak, berotasi hingga 90º dengan cepat di sekitar endoflagelnya bahkan setelah menempel pada sel melalui ujungnya yang lancip. Aksis panjang spiral biasanya lurus tetapi kadang-kadang melingkar, yang membuat organisme tersebut dapat membuat lingkaran penuh dan kemudian akan kembali lurus ke posisi semula. Spiralnya sangat tipis sehingga tidak dapat dilihat secara langsung kecuali menggunakan pewarnaan imunofluoresensi atau iluminasi lapangan gelap dan mikroskop elektron.
Struktur T. pallidum terdiri dari membran sel bagian dalam, dinding selnya dilapisi oleh peptidoglikan yang tipis, dan membran sel bagian luar. Flagel periplasmik (biasa disebut dengan endoflagel) ditemukan didalam ruang periplasmik, antara dua membran. Organel ini yang menyebabkan gerakan tersendiri bagi T. pallidum seperti alat pembuka tutup botol (Corkscrew). Filamen flagel memiliki sarung/selubung dan struktur inti yang terdiri dari sedikitnya empat polipeptida utama. Genus Treponema juga memiliki filamen sitoplasmik, disebut juga dengan fibril sitoplasmik. Filamen bentuknya seperti pita, lebarnya 7-7,5 nm. Partikel protein intramembran membran bagian luar T. pallidum sedikit. Konsentrasi protein yang rendah ini diduga menyebabkan T. pallidum dapat menghindar dari respons imun pejamu.
1. Sifilis Primer
Manifestasi klinis awal sifilis adalah papul kecil soliter, kemudian dalam satu sampai beberapa minggu, papul ini berkembang menjadi ulkus. Lesi klasik dari sifilis primer disebut dengan chancre, ulkus yang keras dengan dasar yang bersih, tunggal, tidak nyeri, merah, berbatas tegas, dipenuhi oleh spirokaeta dan berlokasi pada sisi T. pallidum pertama kali masuk. Chancre dapat ditemukan dimana saja tetapi paling sering di penis, servik, dinding vagina rektum dan anus. Dasar chancre banyak mengandung spirokaeta yang dapat dilihat dengan mikroskop lapangan gelap atau imunofluresen pada sediaan kerokan chancre.
2. Sifilis Sekunder
Apabila tidak diobati, gejala sifilis sekunder akan mulai timbul dalam 2-6 bulan setelah pajanan, 2-8 minggu setelah chancre muncul. Sifilis sekunder adalah penyakit sistemik dengan spirokaeta yang menyebar dari chancre dan kelenjar limfe ke dalam aliran darah dan ke seluruh tubuh, dan menimbulkan beragam gejala yang jauh dari lokasi infeksi semula. Sistem yang paling sering terkena adalah kulit, limfe, saluran cerna, tulang, ginjal, mata, dan susunan saraf pusat. Tanda tersering pada sifilis sekunder adalah ruam kulit makulopapula yang terjadi pada 50% -70% kasus, papula 12% kasus, makula 10% kasus dan papula anula 6% - 14% kasus. Lesi biasanya simetrik, tidak gatal dan mungkin meluas. Kasus yang jarang, lesi dapat menjadi nekrotik, keadaan ini disebut dengan lues maligna. Lesi di telapak tangan dan kaki merupakan gambaran yang paling khas pada 4% sampai 11% pasien. T. pallidum dapat menginfeksi folikel rambut yang menyebabkan alopesia pada kulit kepala. Bersamaan dengan munculnya lesi sekunder, sekitar 10% pasien mengidap kondilomata. Lesinya berukuran besar, muncul di daerah yang hangat dan lembab termasuk di perineum dan anus. Inflamasi lokal dapat terjadi di daerah membran mukosa mulut, lidah dan genital. Pada kasus yang jarang bisa ditemukan sifilis sekunder disertai dengan kelainan lambung, ginjal dan hepatitis. T. pallidum telah ditemukan pada sampel biopsi hati yang diambil dari pasien dengan sifilis sekunder. Glomerulonefritis terjadi karena kompleks antigen treponema-imunoglobulin yang berada pada glomeruli yang menyebabkan kerusakan ginjal. Sindroma nefrotik juga dapat terjadi. Sekitar 5% pasien dengan sifilis sekunder memperlihatkan gejala neurosifilis termasuk meningitis dan penyakit mata.
3. Sifilis Laten
Sifilis laten atau asimtomatik adalah periode hilangnya gejala klinis sifilis sekunder sampai diberikan terapi atau gejala klinik tersier muncul. Sifilis laten dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu sifilis laten dini dan lanjut. Pembagian berdasarkan waktu relaps infeksi mukokutaneus secara spontan pada pasien yang tidak diobati. Sekitar 90% infeksi berulang muncul dalam satu tahun, 94% muncul dalam dua tahun dan dorman selama empat tahun. Sifilis laten dini terjadi kurang satu tahun setelah infeksi sifilis sekunder, 25% diantaranya mengalami relaps sifilis sekunder yang menular, sedangkan sifilis laten lanjut muncul setelah satu tahun. Relaps ini dapat terus timbul sampai 5 tahun. Pasien dengan sifilis laten dini dianggap lebih menular dari sifilis laten lanjut. Pemeriksaaan serologi pada stadium laten lanjut adalah positif, tetapi penularan secara seksual tidak.
4. Sifilis Tersier
Sifilis tersier dapat muncul sekitar 3-15 tahun setelah infeksi awal dan dapat dibagi dalam tiga bentuk yaitu; sifilis gumatous sebanyak 15%, neurosifilis lanjut (6,5%) dan sifilis kardiovaskular sebanyak 10%. Sepertiga pasien berkembang menjadi sifilis tersier tanpa pengobatan. Pasien dengan sifilis tersier tidak menular. Sifilis gumatous atau sifilis benigna lanjut biasanya muncul 1-46 tahun setelah infeksi awal, dengan rerata 15 tahun. Karakteristik pada stadium ini ditandai dengan adanya guma kronik, lembut, seperti tumor yang inflamasi dengan ukuran yang berbeda-beda. Guma ini biasanya mengenai kulit, tulang dan hati tetapi dapat juga muncul dibahagian lain.
Guma merupakan lesi yang granulomatous, nodular dengan nekrosis sentral, muncul paling cepat setelah dua tahun infeksi awal, meskipun guma bisa juga muncul lebih lambat. Lesi ini bersifat merusak biasanya mengenai kulit dan tulang, meskipun bisa juga muncul di hati, jantung, otak, lambung dan traktus respiratorius atas. Lesi jarang yang sembuh spontan tetapi dapat sembuh secara cepat dengan terapi antibiotik yang tepat. Guma biasanya tidak menyebabkan komplikasi yang serius, disebut dengan sifilis benigna lanjut.
Neurosifilis merupakan infeksi yang melibatkan sistem saraf sentral, dapat muncul lebih awal, asimtomatik atau dalam bentuk sifilis meningitis, lebih lanjut sifilis meningovaskular, general paresis, atau tabes dorsalis. Sifilis meningovaskular muncul 5-10 tahun setelah infeksi awal. Sifilis meningovaskular ditandai dengan apati, seizure dan general paresis dengan dimensia dan tabes dorsalis. General paresis biasanya muncul 15-20 tahun setelah infeksi awal, sedangkan tabes dorsalis 25-30 tahun. Komplikasi yang paling sering adalah aortitis sifilis yang dapat menyebabkan aneurisma.
5. Sifilis Kongenital
Merupakan penyakit yang didapatkan janin dalam uterus dari ibu yang menderita sifilis. Infeksi sifilis terhadap janin dapat terjadi pada setiap stadium sifilis dan setiap masa kehamilan. Dahulu dianggap infeksi tidak dapat terjadi sebelum janin berusia 18 minggu, karena lapisan Langhans yang merupakan pertahanan janin terhadap infeksi masih belum atrofi. Tetapi ternyata dengan mikroskop elektron dapat ditemukan T. pallidum pada janin berusia 9-10 minggu.
Penatalaksanaan Penyakit Sifilis
1. Sifilis dini (sifilis stadium I-II dan sifilis laten dini tidak lebih dari 2 tahun)
- Penisilin G Benzatin 2,4 juta unit satu kali suntika intra muskuler (i.m),atau
- Penisilin G Prokain dalam aqua 600.000 Ui.m.selama 10 hari.
- Pemberian 10hari pada sifilis primer seronegatif sedangkan pada seropositif dan sifilis sekunder diberikan selama 14 ahri. Penderita Sifilis sekunder sebaiknya diopname selama 1-2 hari sebab kemungkinan terjadi reaksi JarishHerxheimer.
- Pengobatan Sifilis dini dan yang alergi terhadap penisilin, dapat diberikan:
- Tetrasiklin HCL,4x500 mg/hari selama 4 minggu
- Eritromisin 4x500 mg oral selama 4 minggu – Doksisklin 100 mg 2 kali sehari selama 4 minggu
2. Pengobatan Sifilis lanjut
- Penisilin G Benzatin 2,4 juta unit i.m./minggu, selama 3 minggu berturut-turut,total 7,2 unit; atau
- Penisilin Gpcain 600.000 u.i.m. setiap hari selama 14 hari; atau
- Tetrasklin 100 mg /hari selama 4 minggu.
- Doksisiklin100 mg 2 kali sehari selama 4 minggu.
Pengamatan lanjutan harus dilakukan secara ketat dan tekun dengan pemariksaan STS yang non pesifik (nontreponemal).tidak mudah untuk menyatakan bahwa sifilis yang sedang diberi pengobatan sembuh sempurna. Peningkatan titer lebih dari 4 kali (2 kali pengenceran)merupakan indikasi pengobatan indikasi pengobatan ulang.
Demikian artikel mengenai Mengenal Penyakit Sifilis, mudah-mudahan bermanfaat untuk semuanya. Sekian dan terimakasih.
Komentar0
Tinggalkan komentar Anda disini: