TpG6BSAiBUYlBUY5TUr5GfriGi==

Islam Dan Dunia Ilmu Pengetahuan

 MlatenMania.com - Islam salah satu agama universal dengan jumlah penganut terbesar dan tersebar di seluruh belahan dunia, termasuk di Indonesia. Menurut laporan The Royal Islamic Strategic Studies Center (RISSC), bahwa populasi umat Islam saat ini mencapai 237.56 juta jiwa, sehingga telah menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia pada tahun 2022. Keberadaan umat Islam di Indonesia tidak terlepas dari usaha yang dilakukan oleh para saudagar Arab ke bumi Nusantara sejak abad ke VII M. Pada awal kemunculannya, Islam dibawa oleh Rasul, diteruskan oleh khalifah, diperjuangkan bersama sahabat serta para penerus-penerusnya dalam menghadapi berbagai rintangan, ancaman, kesulitan baik dari luar maupun dalam yang patut diteladani sehingga Islam bisa bertahan sampai saat ini. Maka hal ini menjadi salah satu bukti bahwa Islam merupakan agama terakhir yang dipilih oleh Allah sebagai rahmat bagi alam semesta.

Islam Dan Dunia Ilmu Pengetahuan

Sebagai sebuah agama, Islam juga sangat menghargai ilmu pengetahuan. Hal tersebut dicantumkan dalam al-Qur’an dan al-Sunnah, salah satunya ialah ayat yang pertama kali diturunkan, yakni surat Al-‘Alaq (96) ayat 1-5 yang mana berisi perintah membaca dan menulis dalam arti seluas-luasnya. Membaca secara harfiah berarti mengumpulkan informasi yang dapat dilakukan dengan cara membaca tulisan, melalukan observasi, bertanya, melakukan, menganalisa, menyimpulkan dan menguji coba. Sementara menulis bisa dilakukan mulai dengan penggunaan tinta hingga laptop/komputer di masa sekarang. Dalam perkembangannya kemudian, usaha terus menerus yang dilakukan umat Islam telah mencapai keberhasilan yang tinggi dalam pengembangan ilmu pengetahuan di segala bidang serta melahirkan sejumlah besar figur intelektual berkapasitas yang keilmuannya diakui secara universal di seluruh dunia, mulai dari Al-Kindi, Al-Farabi, Ibn Sina, Al-Ghazali, Ibn Rusyd, Al-Khawarizmi, hingga Ibn Khaldun.

Hal tersebut juga didukung dengan adanya penghargaan yang besar dari Al-Qur'an dan juga masyarakat terhadap mereka yang mengembangkan pengetahuannya. Dan Surat A1-Mujadilah ayat 11 sering kali dijadikan acuan untuk membenarkan pendapat ini. Bahwa Allah akan meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan. Adapun penghargaan serta apresiasi dari masyarakat terhadap pekerjaan ilmuwan sudah dilakukan sebelum masehi, seperti penghargaan masyarakat Yunani kepada Socrates, Plato, Aristoteles, serta kepada para filsuf lainnya. Menurut Ali bin Abi Thalib bahwa tinta dari pena ilmuwan lebih utama dari pada darahnya syuhada, karena bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. dan wibawa negaranya. Dari latar belakang inilah penulis tertarik untuk membahas peran dan kontribusi Islam bagi dunia ilmu pengetahuan serta dampaknya terhadap kehidupan manusia.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Perkembangan dan Kemajuan Ilmu Pengetahuan telah dibuktikan pada dunia modern sehingga menjadi fakta sejarah yang tak bisa dibantah, selain itu banyak pula yang berpendapat bahwa di saat dunia Barat dilanda dark ages (masa kegelapan), Islam muncul dengan membawa ilmu pengetahuan, lalu ditransmisikan ke dunia Barat sehingga terjadi perubahan menuju zaman enlightenment di Eropa.

Orang barat mendapat akses melalui dunia Islam untuk mendalami dan mengembangkan ilmu pengetahuan dimana mereka tidak sepenuhnya merujuk kepada sumber-sumber Yunani tapi juga merujuk kepada sumber-sumber Arab. Selain itu Islam juga mampu hadir untuk mengubah kerasnya peradaban Jahiliyah di Jazirah Arab sehingga secara historis Islam sebenarnya sudah banyak memainkan peran yang signifikan dalam perkembangan ilmu pengetahuan melalui metode yang berbeda dengan metode dalam dunia barat. Dalam catatan sejarah, beberapa aspek peradaban dunia mulai dari masa kenabian sampai dengan wafatnya Rasulullah saw, ekspansi demi ekspansi secara terus menerus dilakukan oleh umat Islam, dan misi dari ekspansi tidak semata-mata untuk mengambil keuntungan secara material dari negara yang menjadi tujuan ekspansi, tetapi lebih kepada untuk mewujudkan keadilan, membangun dan memajukan peradaban sehingga Islam sangat toleran terhadap budaya dan corak pemikiran suatu negara.

Ada sebagian ilmuwan berpendapat bahwa ilmu-ilmu saintek harus difilter terlebih dahulu sebelum dikembangkan lebih lanjut oleh para ilmuwan muslim lain secara kreatif. Namun ada pula sebagian ilmuwan yang mengatakan bahwa teknologi dan sains bebas diambil dari mana saja. Hal tersebut didasarkan pada asumsi bahwa saintek akan bermasalah jika disandarkan pada luar Islam karena berhubungan dengan 3 hal dasar dalam filsafat yakni ontologi (mengapa penelitian dilakukan), epistemologi (membahas tata cara penelitian itu bisa dilakukan), dan aksiologi (sejauh mana hasil penelitian bisa digunakan). Para peneliti sebenarnya mengedepankan kebutuhan yang berhubungan dengan tujuan syariah, selain itu ada pula penelitian yang terinspirasi dari ayat al-Quran dan ada pula yang dapat dikaji lebih lanjut secara saintek ilmiah.

Salah seorang ilmuan Islam paling terkenal adalah Al-Khawarizmi, beliau telah berhasil mengembangkan aljabar dengan tujuan untuk membantu memudahkan manusia khususnya umat Islam dalam membagi hak waris secara akurat. Adapun ditemukan banyak sekali ayat-ayat al-Quran yang memberikan inspirasi tentang penelitian dalam bidang saintek, salah satunya pada surah Al Insan: 17, yang artinya “Di surga itu mereka diberi segelas minum yang campurannya adalah jahe. Hal tersebut tentu menimbulkan keraguan sehingga para ilmuwan muslim melakukan riset terhadap kandungan: serta manfaat jahe memiliki beberapa manfaat antara lain sebagai anti oksidan, meredakan nyeri dan lain-lain. Hal ini menjadi salah satu bukti bahwa Islam sangatlah berkesinambungan dengan perkembangan saintek pada masa kini.

Ada tiga faktor yang mendorong Islam ikut serta dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan tradisi ilmiah, antara lain: (1) faktor agama yang harapannya dengan hal tersebut bisa menggali dan menghimpun informasi tentang perkembangan ilmu-ilmu sains, (2) apresiasi masyarakat terhadap ilmu, yang diharapkan bisa menggali dan menghimpun informasi tentang perkembangan humaniora, dan (3) patronase perlindungan dan dukungan para dermawan dan penguasa terhadap kegiatan ilmiah yang harapannya bisa berbagai informasi terkait dengan perkembangan seni.

Kontribusi Islam dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Montgomerry Watt menyatakan bahwa Islam bersikap terbuka dalam perkembangannya sehingga proses asimilasi kebudayaan dapat berlangsung baik. Hal ini terlihat ketika peradaban Arab dipadukan dengan peradaban Romawi, Persia ataupun Yunani yang dilandasi spirit keislaman, maka bisa menghasilkan peradaban baru yang wajah dan nilainya memancarkan keislaman serta belum pernah terlihat sebelumnya. Selain itu apresiasi Islam terhadap kebebasan akal telah memberikan ruang untuk melakukan kerja ilmiah yang begitu besar dimana aktivitas intelektual umat Islam tidak dimonopoli oleh mereka saja setelah masa khalifah, namun dibuka seluas-luasnya sebagai bentuk kontribusi konkret dalam perkembangan peradaban umat manusia berikutnya.

Peradaban Islam memiliki warnanya sendiri meskipun tidak membuat tembok tebal antara Islam dengan non-Islam karena pada dasarnya umat Islam ingin mencoba hal-hal baru dengan cara mempelajari ilmu pengetahuan secara universal, peradaban, dan juga kearifan (al-hikmah) yang ada di negeri-negeri selain daratan Arabia, sehingga mereka tidak memandang sumber dan asal ilmu yang mereka dapatkan. Pada akhirnya Islam berkembang dan menjadi harapan serta menjadi kontributor penting dari kemajuan peradaban dunia saat ini dimana keragaman ilmu dan keragaman sosio-kultural bersumber pada agama (naqliyyah) dan akal (aqliyyah). Kontribusi dan bentuk keragaman kedua ilmu (naqliyyah dan aqliyyah) dapat di lihat berikut ini:

1. Kontribusi dalam Ilmu-Ilmu naqliyyah

Konsep ilmu naqliyyah merupakan kesatuan ilmu yang digunakan serta dibangun para filsuf muslim melalui nilai Ilahiyah dan pendekatan nalar spiritual dalam bidang Aqidah, syariah, dan akhlak. Uraian ketiga hal tersebut dapat di lihat berikut ini:

Aqidah, akan mempersatukan umat manusia yang terpecah-pecah ke dalam beberapa etnis, golongan, bahasa, ras dan suku bangsa dimana maksud dan tujuan kajian Aqidah adalah mentauhidkan Allah Swt sebagai satu satunya penguasa alam semesta. Oleh karena itu, Aqidah Islam ini menjadi paradigma yang berasaskan kalimat Laa ilaaha illallah Muhammad Rasulullah harus berperan sebagai pondasi sekaligus standar dari ilmu-ilmu pengetahuan. Hal itu dibuktikan dengan peristiwa gerhana matahari di masa nabi yang berbarengan dengan wafatnya putra beliau (Ibrahim) sehingga orang-orang Arab mengira gerhana matahari tersebut disebabkan karena kematian atau kelahiran seseorang, namun hal tersebut merupakan tanda kekuasaan Allah dan menjadi pengingat bagi hamba-hamba-Nya (Syeikh Taqiyuddin an-Nabhani, 2018). Selain itu, paradigma inilah yang mencetak para cendekiawan muslim sehingga muncullah beberapa karya terkenal yang berkaitan dengan Aqidah antara lain: Usulu Tsaltsah, Aqidah Wasitiyyah, Qowaidul Arba’, Kaysfu Syubhat hingga Ilmu Kalam.

Syariah merupakan obyek kajian studi Islam yang sangat penting karena menempati urutan kedua setelah Aqidah dalam semua referensi kajian Islam. Syariah meliputi seluruh aspek kehidupan manusia secara langsung (directly) atau secara tidak langsung (explicitly) baik ibadah dan muamalah. Maka Syariah di sini bisa menjadi tolak ukur pemanfaatan ilmu pengetahuan hingga terlihat ketentuan halal-haram mau bagaimana pun juga bentuknya (Abbas, 2011). Sekaligus dengan standar tersebut muncul beberapa cabang ilmu antara lain: Fiqih, usul fiqh, Tafsir, Ilmu Alquran hingga hadist. Kontras dengan hal ini, muncul beberapa karya seperti kitab tafsir Assa’di, kutubusittah hingga syarah almumti’.

Akhlak merupakan kebiasaan-kebiasaan serta adat yang sering dilakukan. Biasanya akhlak ini merupakan buah dan hasil dari pelaksanaan syariat. Ruang lingkup akhlak menurut Zainuddin (2013) mencakup akhlak kepada sang pencipta, akhlak kepada sesama manusia, akhlak kepada diri sendiri dan akhlak terhadap alam semesta. Sementara itu tatanan akhlak tidak hanya terbatas pada penyusunan hubungan antara manusia dengan manusia namun mengatur hubungan manusia dengan segala yang terdapat dalam wujud dan kehidupan, dan hubungannya dengan Allah Swt (Sahnan, 2019). Saking luasnya cakupan tersebut maka para ulama telah membuat beberapa karya antara lain: Ta’limul mutaalim, Attibyan fi adabi hamaltil qur’an hingga Akhlaq Al-Qur’an.

2. Kontribusi dalam Ilmu-Ilmu ‘aqliyyah

Salah satu aspek penting pada kejayaan Islam ialah kecenderungan, aktivitas serta keberhasilan intelektual yang tinggi pada segala bidang oleh para ilmuan muslim. Perhatian dan perkembangan yang terus menerus dilakukan telah melahirkan sejumlah besar figur intelektual yang kapasitas dan manfaat keilmuannya diakui di seluruh dunia secara universal.

Beberapa ilmu yang ditemukan oleh cendekiawan muslim, antara lain: Ilmu Kedokteran, ilmu ini mulai mendapat perhatian ketika Khalifah Al-Mansur sakit sehingga memanggil Khalid Ibn Barmak (seorang Persia) ke Istana untuk mengobati beliau. Dan menjadikannya dokter tetap istana. Ilmu kedokteran pada masa ini masih berkaitan dengan filsafat sehingga ikut berkembang juga. Diantara ilmuan yang terkenal antara lain Ibn Sina, Al- Razi, Al-Kindi, dan Al-Zahrawi. Berikut kemajuan yang telah dicapai pada bagian kesehatan antara lain: (a) Farmasi yang berkaitan dengan mutu dan dosis obat-obatan. Uraian obat-obatan dimuat dalam kitab-kitab yang terkenal seperti Al-Hawi (oleh Ar-Razi, 830 jenis), Qanun (oleh Ibn Sina, 760 jenis), Al-Kindi dan Al-Zahrawi. (b) Anestetik: pembiusan total untuk pembedahan (besar) dengan menggunakan campuran candu, mandrake, zoari, hyocyamus dan diberikan melalui suntikan. (c) Operasi: kitab Al-Tasrif yang ditulis oleh Al-Zahrawi menggambarkan kurang lebih 200 jenis alat dalam bidang operasi serta menjadi rujukan pertama di masanya. (d) Opthalmologi: Istilah-istilah seperti retina, katarak dan lain-lain serta teori baru tentang penglihatan pada lensa mata yang difokuskan ke retina. (e) Anatomi: menyelidiki struktur bentuk dari tubuh manusia. (f) Ortopedik: uraian tentang patah tulang dan terkilir disertai dengan teknik untuk membetulkan kembali tulang yang terkilir dari sendinya. (g) Rumah sakit: banyak ditemukan bangunan rumah sakit pada zaman perkembangan ilmu (abad ke 9–11M), di negara Islam dari Maroko.

Selain ilmu kedokteran, Matematika menjadi salah satu bidang ilmu yang sangat penting bagi dunia Islam, ilmu ini tidak terlepas dari peran besar para ilmuan Islam, seperti Yahya Al-Barmaki dan Uma bin Al-Farukhan yang diundang langsung oleh Sultan Al-Ma’mun untuk bekerja di istana.

Selain Yahya Al-Barmaki dan Uma bin Al-Farukhan, Al-Khawarizmi, termasuk ilmuan yang menemukan struktur angka lebih praktis dari struktur angka yang diciptakan oleh orang-orang Romawi. Salah satu struktur angka adalah angka Nol, sebagai simbol bersistem yang berperan karena dengan 0 kita dapat menghitung puluhan, ratusan, ribuan dan seterusnya. Penemu lain adalah Al-Hasan Abu Kamal, beliau dikenal sebagai penemu angka pecahan atau yang disebut pecahan bilangan desimal.

Dalam bidang Ilmu Sains, Teknologi dan Sosial, kontribusi ilmuan muslim tidak kalah penting dari ilmuan Barat, mereka terdiri dari Ibnu Khaldun (ahli sejarah, ekonomi dan sosiologi) dari Tunisia, Ibnu Khawarizmi (ahli matematika, astronomi, geografi dan astrologi) dari Kufah, Ibnu Batutah (ahli geografi dan Alim) dari Maroko, Al-Biruni (ahli Fisika, Astronom, Filsuf ) dari Khiva, Al-Battani (ahli Astronomi, matematikawan dan penemu trigonometri) dari Arab, Jabir bin Hayyan (ahli Kimia dan Fisika) dari Yaman, Ibnu Al-Baithar (Apoteker dan Pengumpul racikan tumbuhan) dari Malaga, Abbas Al-Nabati (ahli Biologi dan Farmasi) dari Andalusia, Ibnu Rusyd (ahli sastra, Dokter, Astronomi) dari Andalusia, Al-Khawarismi (ahli Matematika, Ahli astronomi dan geografi) dari Kufah, Al- Kindi (Filsuf Islam Pertama), Al-Farabi (Filsuf Islam) dari Kazakhastan, Al-Biruni (Penulis, Astronomi, Fisikawan) dari Persia, Al-Ghazali (Psikolog, Ahli Sufi dan Teologi) dari Persia, serta para ilmuan lain yang hidup pada era kontemporer saat ini yang tidak mungkin disebut satu per satu, dan mereka telah memberikan sumbangsih pemikiran dalam dunia Islam dan pada dunia Barat.

Dari paparan di atas bisa dikatakan bahwa ilmu-ilmu naqliyyah yang sumber ajarannya pada agama tidak mengabaikan realitas saat ini yaitu perkembangan Ilmu Pengetahuan yang bersandar pada akal (Ilmu-Ilmu Aqliyyah) sebab hal tersebut merupakan konteks atau wajah dari manusia dunia modern. Merefleksikan hal tersebut maka paradigma Aqidah, standar pemanfaatan syariah serta etika moral dan akhlak dapat membantu manusia untuk melihat kualitas Ilmu pengetahuan yang bukan hanya diukur dari nilai-nilai pragmatis instrumental demi kesejahteraan ekonomis dan sosial, melainkan juga dari nilai-nilai kemanusiaan secara utuh sehingga bisa mencermati dampak negatif bagi kehidupan manusia.

Dampak dalam ilmu pengetahuan

Integrasinya ilmu-ilmu naqliyyah dan aqliyyah telah memberikan dampak dan pengaruh yang cukup signifikan terhadap dunia Islam, antara lain:

  1. Terjadinya keseimbangan antara pemahaman ilmu agama dan dunia oleh kaum muslimin.
  2. Mendapatkan status yang tinggi dan terhormat bagi orang Islam yang menguasai ilmu tersebut.
  3. Munculnya sikap toleran kaum muslim terhadap pemikiran orang luar.
  4. Munculnya program islamisasi ilmu pengetahuan khususnya di Indonesia
  5. Pendirian lembaga pendidikan Islam untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan peningkatan kualitas SDM.
  6. Didirikan berbagai asosiasi, diantaranya Forum Islam International dan selainnya

Demikian artikel mengenai Islam Dan Dunia Ilmu Pengetahuan, mudah-mudahan bermanfaat untuk semuanya. Sekian dan terimakasih.

Komentar0

Tinggalkan komentar Anda disini:

Type above and press Enter to search.