TpG6BSAiBUYlBUY5TUr5GfriGi==

Mengenal Budaya Populer Jepang : Manga Dan Anime

 MlatenMania.com - Istilah budaya populer dalam Bahasa Jepang disebut sebagai taishuu bunka yang dalam Bahasa Indonesia memiliki arti budaya massa. Beberapa jenis budaya populer Jepang seperti anime, manga, idol, dan sebagainya merupakan hal yang populer baik di Jepang maupun di luar Jepang.

Mengenal Budaya Populer Jepang : Manga Dan Anime

Karakteristik Kebudayaan Jepang

Budaya Jepang mencakup interaksi antara budaya asli Jomon yang kokoh dengan pengaruh dari luar negeri yang menyusul. Mula-mula Cina dan Korea banyak membawa pengaruh, bermula dengan perkembangan budaya Yayoi sekitar 300 SM. Gabungan tradisi budaya Yunani dan India, memengaruhi seni dan keagamaan Jepang sejak abad ke-6 Masehi, dilengkapi dengan pengenalan agama Buddha sekte Mahayana. Sejak abad ke-16, pengaruh Eropa menonjol, disusul dengan pengaruh Amerika Serikat yang mendominasi Jepang setelah berakhirnya Perang Dunia II. Jepang turut mengembangkan budaya yang original dan unik, dalam seni (ikebana, origami, ukiyo-e), kerajinan tangan (pahatan, tembikar, persembahan (boneka bunraku, tarian tradisional, kabuki, noh, rakugo), dan tradisi (permainan Jepang, onsen, sento, upacara minum teh, taman Jepang), serta makanan Jepang.

Sejarah Perkembangan Manga dan Anime sebagai Budaya Populer Jepang

Manga (漫画) (baca: man-ga, atau ma-ng-ga) merupakan kata komik dalam bahasa Jepang; di luar Jepang, kata tersebut digunakan khusus untuk membicarakan tentang komik Jepang. Mangaka (漫画家) (baca: man-ga-ka, atau ma-ng-ga-ka) adalah orang yang menggambar. Secara harfiah, manga memiliki arti “Gambar Aneh” atau "sketsa spontan". Manga telah diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa di negara-negara di luar Jepang termasuk Cina, Perancis, Italia, Malaysia, Indonesia dan lainnya.Untuk beberapa negara terdapat sebutan tersendiri untuk menyebut komik yaitu “Manhua” untuk China/ Hongkong/Taiwan dan “Manhwa” untuk Korea.

Manga khas Jepang umumnya menggunakan gaya/style sederhana dalam menggambar manga.Ciri khasnya adalah mata besar, mulut kecil dan hidung sejumput. Ada juga gaya menggambar Lolicon maupun Shotacon. Tapi tidak semua manga digambarkan dengan sederhana.Beberapa mangaka menggunakan style yang realistis, walaupun dalam beberapa elemen masih bisa dikategorikan manga. Namun, gambar latar belakangnya hampir semua manga digambarkan serealistis mungkin. Manga biasanya dicetak hitam-putih, namun ada juga beberapa yang berwarna (colorfull).

Manga pada awalnya berasal dari karikatur atau kartun satir yang ada di koran pertengahan abad 19. Koran harian Le Charivari, terbit di Paris tahun 1832 menonjolkan sindiran mengenai kegagalan politik Raja Louise-Philippe, salah satunya menggambarkan wajah raja sangat mirip dengan pir (poire dalam bahasa Perancis berarti idiot). Saat itu, karikatur politik semacam ini menjadi bentuk komik dominan pada koran di Perancis.

Di Jepang, manga pertama kali diciptakan seniman Ukiyo-e yang mengkritik kebobrokan perilaku bangsawan dan pejabat tinggi samurai. Hokusai Katsushika menerbitkan Hokusai Manga pada tahun 1834 yang mana menggambarkan samurai senior berada di dalam kamar kecil (kakus) dengan juniornya sambil memegang hidung mereka.Ia ingin menunjukkan bahwa samurai peringkat tinggi berperilaku sama dengan petani dan kelas rendah yang melakukan hal sama, ia mengkritik ketatnya sistem kelas dalam masyarakat Jepang. Hal ini berarti manga mulai populer sebagai salah satu bentuk jurnalisme di JepangHokusai itu sendiri berasal dari 2 huruf Cina yang memiliki arti “gambar manusia untuk menceritakan sesuatu”.

Ada juga karya manga lainnya seperti karya Satou Kyouden buku bergambar “Shiji no yukikai” (1798) dan karya Aikawa Minwa, “Manga Hyakujo” (1814) serta Rakuten Kitazawa yang menggunakan bahasa manga dalam pengertian modern. Buku komik pertama muncul di akhir abad 18, Kibyoushi, dengan tatanan gambar yang dikelilingi oleh tulisan sebagai narasinya.Manga tidak begitu berkembang hingga Perang Dunia II.

Pada tahun 1862, Charles Wargman seniman asal Inggris, ia memperkenalkan majalah kartun ‘Japan Punch’ yang terbit sebulan sekali. Lalu pada tahun 1889, Jorges Bigo pelukis asal Perancis, juga menerbitkan majalah karikatur dwimingguan bernama ‘Tobae’. Kedua majalah tersebut pada awalnya ditargetkan kepada ekspatriat yang tinggal Yokohama, dan Japan Punch lebih fokus pada berita dan peristiwa yang terjadi di komunitas ekspatriat pada waktu itu. Sedangkan Tobae lebih fokus pada aspek sosial Jepang dan modernisasi. Hal ini digambarkan dalam ‘Tobae’, terdapat perempuan Jepang yang pergi ke restoran western (Barat) dengan menggunakan pakaian barat tetapi tidak menggunakan sepatu, karena pada waktu itu orang Jepang tidak terbiasa menggunakan sepatu.Karena itu, kartun merefleksikan percampuran budaya Barat dan Timur di dalam masyarakat Jepang.

Pada awal abad 19, muncul seorang mangaka bernama Osamu Tezuka (1928-1989) yang membawa sejarah baru di dunia manga Jepang. Karyanya yang terkenal adalah Tetsuwan Atom (Astro Boy) dan manganya yang diadaptasi dari novel Treasure Island (karya Robert Louis Stevenson) meraih nilai penjualan tertinggi nasional karena sukses dijual sebanyak 400.000 eksemplar.

Tezuka sering disebut sebagai "bapak manga" berkat karyanya yang sangat banyak. Dia dianggap sebagai seorang pionir dalam teknik dan genre-genre manga. Gaya "mata besar" yang sering ditemukan dalam tokoh-tokoh manga adalah hasil ciptaan Tezuka, yang mendasarkannya pada kartun-kartun pada masa itu, seperti Betty Boop dan Miki Tikus.Mengawali karier sebagai seorang dokter, Tezuka kemudian beralih menggambar manga. Sepanjang kariernya, Tezuka telah menghasilkan lebih dari 700 manga dalam sekitar 170.000 halaman sehingga dia sering disebut god of manga.

Mulanya komik-komik di Jepang adalah peniruan dari film animasi dari Walt Disney maka para penggemar komik Jepang saat itu adalah anak-anak. Kemudian pada tahun 1959 mulai diterbitkan dua majalah mingguan untuk anak laki-laki yaitu Shonen Magazine dan Shonen Sunday. Saat itu hiburan untuk anak di Jepang hanyalah komik saja, belum ada anime dan tentu saja belum ada game komputer.

Sepuluh tahun kemudian, majalah komik untuk remaja mulai terbit, diantaranya yaitu Manga Action (1967), Young Comic (1967), Play Comic (1968), Big Comic (1967). Majalah-majalah tersebut sendiri biasanya mempunyai tebal berkisar antara 200 hingga 850 halaman. Beberapa manga cerita aslinya diangkat dari novel/visual novel, contohnya adalah "Basilisk" berdasarkan dari novel “Kouga Ninpouchou” oleh Futaro Yamada, ada juga yang diangkat dari segi sejarah, seperti sejarah Tiga Kerajaan (The Three Kingdom), Legenda Naga (Ryuuroden), dan sejarah-sejarah Jepang.

Setelah beberapa lama, cerita-cerita dari majalah itu akan dikumpulkan dan dicetak dalam bentuk buku berukuran biasa, yang disebut “tankoubun” (volume). Dari bentuk tankoubon inilah manga biasanya diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa lain seperti Indonesia. Komik dalam bentuk ini biasanya dicetak di atas kertas berkualitas tinggi dan berguna buat orang-orang yang tidak atau malas membeli majalah-majalah manga yang terbit mingguan yang memiliki beragam campuran cerita/judul. Dari bentuk tankōbon inilah manga biasanya diterjemahkan ke dalam bahasa-bahasa lain di negara-negara lain seperti Indonesia. Lalu jika manga memiliki kepopuleran yang tinggi dan banyak diminati masyarakat, barulah manga-manga tersebut dibuat anime oleh studio-studio anime jepang.

Untuk beberapa judul bahkan telah/akan dibuat versi manusia atau Live Action (kadang disingkat sebagai L.A di jepang). Ada juga sebagian judul dibuat kembali atau “remake” secara internasional oleh produsen di luar negara Jepang, seperti Amerika, yang membuat film Live Action Dragon Ball versi Hollywood (20'th Century Fox).

Walaupun saat ini banyak yang menganggap manga berasal asli dari Jepang, sesungguhnya manga merupakan bentuk hibriditas budaya yang berkembang dari kosmopolitan (ekspatriat Inggris yang tinggal di Jepang) yang ada di negara tersebut. Hibriditas karena manga sendiri merupakan bentuk budaya dari perpaduan barat dan timur. Tetapi karena manga buatan Jepang memiliki ciri khas dan dipopulerkan di Jepang, sehingga identitas yang terkait dengan manga juga bagian dari identitas Jepang. Pernyataan Hyoe Narita, editor in chief Shonen Jump, dalam Misaka (2003) yang menyatakan manga asli dari Jepang sepertinya perlu dikoreksi. Karena pada dasarnya manga sendiri termasuk hibriditas budaya yang disebabkan adanya globalisasi.

Industri manga di Jepang mulai berkembang pesat sejak tahun 1963. Majalah komik dicetak massal dan dijual di berbagai tempat dengan harga murah.Karena itu, angka penjualan manga mencapai angka yang cukup besar. Sepuluh majalah manga mingguan terlaris terjual sekitar satu juta eksemplar. Pada tahun 1992, penjualan manga mencapai sekitar 540 milyar yen atau sekitar 23% dari penjualan buku di Jepang. Hal ini menunjukkan manga menguasai seperempat pasar penerbitan di Jepang. Tiga penerbit manga terbesar di Jepang, Shueisa, Kodansha, dan Shogakukan juga menempati posisi 20 besar industri penerbitan global pada tahun 2009.

Hal ini bertolak belakang dengan kenyataan bahwa industri manga di negara asalnya Jepang sedang lesu. Bisnis manga sendiri mengalami penurunan sejak pertengahan tahun 1990.Manga ‘ShonenJump’ yang tercatat berhasil menjual 6,5 juta eksemplar pada tahun 1994, kemudian menurun menjadi 3,2 juta pada tahun 2002. Fenomena menurunnya penjualan manga di Jepang ini merata pada semua judul manga. Alasan utama hal ini terjadi adalah menurunnya populasi generasi muda, yang mana konsumen terbesar manga, dan juga kompetisi dari media hiburan lain seperti video games.

Industri manga yang terus mengalami penurunan ini dikhawatirkan oleh banyak pihak. Penurunan omzet penjualan manga majalah tersebut sudah terjadi dalam 11 tahun terakhir ini. Saat ini di Jepang, paling tidak ada lebih dari 300 majalah manga. Sebagai gambaran, dari seluruh produk buku dan majalah yang terbit di Jepang, seperempatnya adalah manga.Itu memperlihatkan bahwa peran manga dalam industri penerbitan di Jepang memang sangat signifikan sehingga berbagai persoalan yang menimpa industri manga sangat berpengaruh terhadap perkembangan industri penerbitan secara keseluruhan.

Walaupun manga telah sukses diekspor ke Asia dan Eropa, tetapi penerbit Jepang tidak terlalu serius menanggapi pasar internasional. Karena pasar domestik yang semakin menurun dan prediksi semakin sedikitnya anak-anak di tahun berikutnya, penerbit manga mulai fokus pada pasar global. Dan salah satu negara yang menjadi targetnya adalah Amerika Serikat. Salah satu alasannya karena populasi anak-anak di USA dua kali lebih banyak daripada di Jepang.

Fenomena yang berbeda justru terjadi di luar Jepang. Di Perancis dan Belgia industri manga justru menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Menurut data yang dipaparkan oleh panelis wakil Perancis, Didier Pasamonik dari Actua BD, di Perancis dan Belgia saat ini tingkat pertumbuhan manga paling cepat ketimbang small press dan komik. Industri komik di tempat Guest of Honor Frankfurt Book Fair 2007 ini belakangan mengalami pergeseran, lagi-lagi oleh meluasnya pengaruh manga.Saat ini persentase manga sudah mencapai 43 persen.Kemudian diikuti komik superhero Amerika Serikat, 34-37 persen.

Menyebarnya manga ke seluruh belahan dunia menurut teori media flows adalah karena ada ketidakseimbangan aliran media. Seperti yang telah disinggung sebelumnya, ketika pasaran domestik manga di Jepang lesu, maka mangaakan terpusat dan menumpuk di negara itu saja. Sedangkan di luar Jepang banyak negara yang justru semakin berminat pada manga. Ini menyebabkan adanya ‘aliran’ manga dari centre (dalam hal ini Jepang) ke periphery (negara di luar Jepang dan sasaran ekspor manga).

Penyebaran manga ke seluruh dunia mengalami percepatan setelah hadirnya internet. Banyak situs website yang menyediakan bacaan manga online. Bahkan situs ini juga menyediakan manga yang diterbitkan hardcopy dan selalu up-date dengan edisi terbaru. Ketika edisi One Piece atau Detektif Conan yang terbaru keluar, pembaca manga di seantero dunia dapat langsung membacanya dalam hitungan detik.Mangafever ini juga berkaitan dengan perkembangan industri kreatif lainnya di Jepang. Seiring dengan perkembangan teknologi, cerita-cerita manga dibuat ke dalam seri audio visual yang disebut animasi (Inggris :animation). Tetapi karena orang Jepang tidak bisa melafalkan animation dengan benar, maka mereka menyebutnya dengan anime. Animasi dan anime pada dasarnya adalah sama-sama kartun bergerak.Saat ini, istilah anime lebih banyak digunakan untuk merujuk pada animasi buatan Jepang. Anime ada yang berbentuk seri ataupun film. Animesama terkenalnya dengan manga di belahan dunia lain. Misalkan seperti Dragon Ball, Pokemon, One Piece, Naruto, Avatar dan lain-lain.

Selain mengadopsi manga menjadi anime, film-film real (pemainnya manusia) juga banyak yang disadur dari manga. Misalkan film Kimi no Todoke, yang ceritanya diambil dari judul manga yang sama. Tidak hanya itu, game digital (compter game) juga banyak disadur dari manga. Nama tokoh, tempat dan jalan cerita dalam game sama seperti yang ada di cerita manga. Game yang menyadur dari manga ini misalnya game ‘Yu Gi Oh!’. Hal ini serupa seperti yang diungkapkan oleh Misaka sebagai berikut:

Manga are commonly adapted to game software, card games, and films, and they are the original sources of huge entertainment business not only in Japan but also in other Asian countries, Europe, and the United States (Misaka 2003, p. 25).

Mengglobalnya manga juga berdampak pada perusahaan penerbitnya. Penerbitan manga terbesar di Jepang secara perlahan tapi pasti merambah pasar luar negeri sehingga menjadi perusahaan transnasional (transnational company). Misalkan saja Shogakukan Inc, mendirikan VIZ Communication Inc. di Amerika Serikat sebagai penerbit manga di AS.Manga is an attractive product for publisher because it has an unknown potential to evolve into conglomerate for TV programs, videos, and films, game software, and characters for toysmand other merchandise for the children’s and young adult market segments.

Pada format aslinya, manga yang berbentuk majalah maupun buku dibaca mulai dari kanan ke kiri. Hal ini dikarenakan huruf Kanji penulisannya dan membacanya dari kanan ke kiri. Bentuk kalimat dalam huruf Kanji yang dari atas ke bawah, menyebabkan balon kalimat yang terdapat di manga berbentuk vertikal.

Ketika manga diekspor keluar Jepang seperti ke Amerika Serikat, Eropa, dan Asia Tenggara, format semacam ini menjadi kacau balau. Karena negara tujuan ekspor manga kebanyakan menggunakan tulisan latin dan membacanya dari kiri ke kanan. Pada awalnya banyak penerbit yang memaksakan format manga sesuai dengan kebiasaan membaca dari kiri ke kanan. Tetapi hal ini menjadi aneh, terlebih gambarnya tidak sesuai bahkan terlihat tidak urut. Di Indonesia sendiri, hal ini berbeda dengan kebiasaan masyarakat yang biasa membaca dari kiri (atau sebagai patokan cover depan ada di bagian kiri) ke kanan. Sebelum tahun 2000-an, menyikapi masalah perbedaan budaya ini, ketika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia gambar dan halamannya umumnya di-flip sehingga dapat dibaca dari kiri ke kanan. Hal ini menyebabkan sering terlihat tokoh dalam komik terlihat kidal (penggunaan tangan kiri yang dominan) dan sedikit aneh.

Manga yang pertama kali diterbitkan di Indonesia disesuaikan dengan gaya baca masyarakat Indonesia yaitu yang dimulai dari “kiri ke kanan”. Padahal, manga original dari Jepang dimulai dari “kanan ke kiri”, sehingga untuk manga yang diterbitkan di Indonesia rata-rata tokohnya menjadi kidal karena gambar yang umumnya di flip. Ketidaksamaan ini menyebabkan kerancuan untuk komik yang bergenre detektif, seperti Conan dan Kindaichi, karena menyebabkan proses penyelesaian kasus dengan gambar alibi tokoh menjadi tidak sama.Juga beberapa penulis komik seperti Takehiko Inoue yang menciptakan komik Slam Dunk tidak setuju karya mereka diubah begitu saja dan minta agar karya mereka dibiarkan dalam format aslinya (raw).

Oleh karena itu, semenjak tahun 2000an, manga yang beredar di Indonesia disesuaikan dengan keadaan asli manga yang diterbitkan di Jepang. Manga pertama yang diterbitkan di Indonesia dan menggunakan metode ini (format asli jepang atau raw) adalah Rurouni Kenshin.Karena penggemar komik Jepang terus meningkat, banyak situs web yang menyediakan ribuan judul komik untuk dibaca secara online. Penerbit komik di Indonesia juga mulai bermunculan seperti M&C Comics, ReOn Comic, Elexmedia Komputindo, Level Comics, dan Koloni.

Perubahan format yang signifikan ini tampaknya berhubungan dengan budaya. Negara yang terbiasa membaca dari kiri ke kanan seperti Indonesia, tentu merasa ‘keanehan’ ketika membaca manga.Tetapi hal ini tidak menjadi masalah serius bagi penerbit manga. Hyoe Narita, editor Shonen Jump menyatakan walaupun manga memiliki format yang berbeda dari komik kebanyakan, ia tetap bisa diadopsi dengan baik.

Proses translasi bahasa juga tidak semudah yang dibayangkan. Karena balon kalimat asal berbentuk vertikal, maka bahasa hasil translate tidak menggunakan kata-kata yang panjang dan harus cukup dengan balon kalimat yang tersedia.

Manga Di Indonesia

Dua penerbit manga terbesar di Indonesia adalah Elex Media Komputindo dan m&c Comics yang merupakan bagian dari kelompok Gramedia. Sekitar tahun 2005, kelompok Gramedia juga telah menghadirkan Level Comics, yang lebih terfokus pada penerbitan manga-manga bergenre Seinen (dewasa). Tedapat beberapa penerbit ilegal di Indonesia, namun tampaknya peredarannya hanya sebatas di wilayah kota kota besar, karena untuk beberapa daerah tidak ditemukan komik-komik jenis ini. Perbedaan yang mencolok dari penerbit ilegal ini, mereka tampak lebih terbuka terhadap sensor dibandingkan dengan manga terbitan Elex yang jauh lebih ketat dalam hal sensor.

Pengaruh Manga Pada Seni Animasi di Indonesia

Karena banyaknya manga yang diterbitakan di Indonesia sejak dari zaman Doraemon, Candy Candy, Detective Conan, maupun Kungfu Boy yang membanjiri pasar Indonesia yang berlangsung selama bertahun-tahun dengan distribusi yang cukup teratur sehingga menyebabkan manga terbitan Elex Media Komputindo sangat mudah diperoleh apabila dibandingkan dengan peredaran komik Eropa/Amerika yang relatif lebih susah dan lebih mahal, kecuali Donal Bebek yang masih bisa didapat secara teratur tiap minggunya. Hal ini mengakibatkan terjadinya debat kusir pada proses pembentukan komik karya "Indonesia", karena secara tidak langsung banyak generasi komikus muda di Indonesia baik tanpa sadar maupun sadar, terpengaruh oleh gaya aliran Jepang (manga) ini. Hal ini pun masih diperdebatkan, namun mengingat dengan beberapa pengarang asal Korea dan Hong Kong yang memiliki goretan yang cukup mirip dengan manga Jepang, harusnya hal ini tidak dipermasalahkan. 

Di Indonesia juga terdapat komunitas-komunitas penggemar manga dan anime. Biasanya mereka berkumpul dan berbagi dengan penggemar lain lewat internet atau berkumpul di suatu tempat. Para penggemar yang bertemu di internet/forum biasa mengadakan gathering (pertemuan) untuk saling berjumpa satu sama lain.

Demikian artikel mengenai Mengenal Budaya Populer Jepang : Manga Dan Anime, mudah-mudahan bermanfaat untuk semuanya. Sekian dan terimakasih.

Komentar0

Tinggalkan komentar Anda disini:

Type above and press Enter to search.