TpG6BSAiBUYlBUY5TUr5GfriGi==

Konsep Kemanusiaan Dalam Pandangan Islam

 MlatenMania.com - Ketika berbicara tentang manusia juga hak serta kewajiban yang ada padanya, seseorang tentu sangat dipengaruhi bagaimana cara dia memandang hakikat manusia itu sendiri. Seorang penganut aliran humanisme sekuler yang menempatkan manusia di atas segalanya tentu berbeda dengan seorang muslim yang memandang manusia sebagai hamba yang harus unduk dan diatur oleh sebuah sistem yang telah ditetapkan oleh Allah. Disinilah pentingnya sebuah pandangan hidup membentuk pola berpikir dan berperilaku seorang manusia. Seorang muslim tentunya harus berpikir dan bertindak layaknya seorang muslim bukan dengan selainnya.

Konsep Kemanusiaan Dalam Pandangan Islam

Salah satu isu kontemporer yang paling sering dibahas masyarakat saat ini adalah masalah kemanusiaan, lebih khusus lagi dipersempit dalam tema Hak Asasi Manusia (HAM). Berbagai diskusi dan pemberitaan terkait tema ini marak di mana-mana, baik dalam skala lokal, nasional maupun internasional. Namun sayangnya seringkali pembahasan yang dibawakan tidaklah seimbang dan proporsional, terlebih jika yang dijadikan subjek pembicaraan adalah Islam dan kaum muslimin.

Seringkali Islam ditempatkan sebagai “tersangka” pelanggar hak asasi manusia tersebut, misalnya terkait dengan isu hak wanita, kebebasan beragama, atau sikap dalam berpolitik. Sementara mereka yang menuduh seakan punya otoritas bahwa hanya mereka yang berhak menafsirkan apa itu hak asasi manusia, tanpa mau menghormati prinsip atau keyakinan pihak lain. Seperti dalam kasus pilihan politik, memilih seorang pemimpin. Dalam kacamata mereka Islam dituduh diskriminatif dan melanggar hak asasi manusia karena hanya mengizinkan seorang muslim yang jadi pemimpin.

Begitu juga dalam menyikapi masalah LGBT misalnya, fakta berbagai ulama yang mengharamkan praktik LGBT disikapi sebagai pelanggaran Hak Asasi Manusia, karena menurut mereka pilihan orientasi seksual adalah bagian dari hak asasi manusia, sehingga yang melarangnya dianggap sebagai pelanggar hak asasi manusia. Untuk itu mereka menuntut pemerintah untuk mengakui keberadaan mereka secara resmi dan melindungi keberadaan mereka sebagai pengakuan hak asasi manusia.

Di sinilah kita melihat bahwa pandangan hidup seseorang (wordview) ternyata sangat berpengaruh terhadap cara berpikir dan menyikapi sesuatu. Pandangan hidup yang didasarkan pada pemahaman humanisme sekuler tentu jauh berbeda hasilnya dengan mereka yang memegang Islam sebagai wordview-nya. Untuk itu makalah singkat ini berupaya untuk mendudukkan bagaimana sebenarnya Islam (Al-Quran) memandang kemanusiaan dan hak asasi manusia. Berdasarkan latar belakang di atas paling tidak kita dapat merumuskan dua hal: 1) Bagaimana pandangan Islam terhadap konsep kemanusian yang diusung dalam piagam hak asasi manusia. 2) Bagaimana pandangan Islam terhadap kemanusiaan.

Islamic Worldview

Menurut Prof. Syed Muhammad Naquib Al-Attas, sebagaimana dikutip Adnin Arnas. Islam memiliki worldview (pandangan alam/pandangan hidup) yang berbeda dengan pandangan hidup agama/peradaban lainnya. Al-Attas menjelaskan sejumlah karakteristik pandangan hidup Islam, antara lain: (1) berdasarkan kepada wahyu; (2) tidak sematamata merupakan pikiran manusia mengenai alam fisik dan keterlibatan manusia dalam sejarah, sosial, politik, dan budaya; (3) tidak bersumber dari spekulasi filosofis yang dirumuskan berdasarkan pengamatan dan pengalaman inderawi; (4) mencakup pandangan tentang dunia dan akhirat.

Jadi, menurut Al-Attas, pandangan hidup Islam adalah visi mengenai realitas dan kebenaran (the vision of reality and truth), atau pandangan Islam mengenai eksistensi (ru’yat al-Islam lil wujud). Al-Attas juga menegaskan, bahwa pandangan hidup Islam bersifat final dan telah dewasa sejak lahir. Islam tidak memerlukan proses ’pertumbuhan’ menuju kedewasaan mengikuti proses perkembangan sejarah. Jadi, karakteristik pandangan hidup Islam adalah sifatnya yang final dan otentik sejak awal. Ini sangat berbeda dengan sifat agama-agama lainnya maupun kebudayaan/peradaban umat manusia yang berkembang mengikuti dinamika sejarah.

Pandangan hidup Islam terbentuk dari serangkaian pemahaman tentang konsepkonsep pokok dalam Islam, seperti konsep Tuhan, konsep kenabian, konsep agama, konsep wahyu, konsep manusia, konsep alam, dan konsep ilmu. Seluruh elemen itu terkait satu dengan lainnya, dan konsep Tuhan menjadi landasan bagi konsep-konsep lainnya.

Manusia Dalam Pandangan Barat

Ada beberapa konsepsi tentang manusia menurut ilmuan barat, antara lain: Pertama, Pandangan Behavioristik. Pada dasarnya kelompok Behavioristik menganggap manusia sebagai makhluk yang reaktif dan tingkah lakunya dikendalikan oleh faktor-faktor dari luar dirinya, yaitu lingkungannya. Lingkungan merupakan faktor dominan yang mengikat hubungan individu. Hubungan ini diatur oleh hukum-hukum belajar, seperti adanya teori conditioning atau teori pembiasaan dan keteladanan. Mereka juga meyakini bahwa baik dan buruk itu adalah karena pengaruh lingkungan.

Kedua, Pandangan Mekanistik. Dalam pandangan mekanistik semua benda yang ada di dunia ini termasuk makhluk hidup dipandang sebagai sebagai mesin, dan semua proses termasuk proses psikologi pada akhirnya dapat diredusir menjadi proses fisik dan kimiawi. Berdasarkan asumsi ini manusia dipandang sebagai robot yang pasif yang digerakkan oleh daya dari luar dirinya.

Ketiga, Pandangan Organismik. Pandangan organismik menganggap manusia sebagai suatu keseluruhan (gestalt), yang lebih dari pada hanya penjumlahan dari bagian-bagian. Dalam pandangan ini dunia dianggap sebagai sistem yang hidup seperti halnya tumbuhan dan binatang.

Keempat, Pandangan Kontekstual. Dalam pandangan kontekstual manusia hanya dapat dipahami dalam konteksnya. Manusia tidak independen, melainkan merupakan bagian dari lingkungannya. Manusia adalah individu yang aktif dan organisme sosial. Untuk bisa memahami manusia maka pandangan ini megharuskan mengenal perkembangan manusia secara utuh seperti memperhatihan gejalagejala fisik, psikis, dan juga lingkungannya, serta peristiwa-peristiwa budaya dan historis.

Manusia Dalam Pandangan Al-Quran

Manusia adalah tema sentral dalam Al-Quran. Manusia adalah tujuan dan objek, sekaligus subjek. Al-Quran membincangkannya dalam berbagai hal terkait dengan aspek-aspek kehidupan yang membimbing manusia ke arah kesuksesan atau kegagalan. Tema sentral yang menghiasi seluruh Al-Quran adalah eksposisi realitas dan ajakan ke arah kebenaran berdasarkan Al-Quran. Tujuan dan relevansinya adalah mengajak manusia ke arah jalan yang benar dan menghadirkan petunjuk ketika manusia lalai atau disesatkan oleh kejahatannya sendiri.

Menurut Ali As-Sahbuny terdapat tiga istilah kunci dalam Al-Quran yang mengacu pada makna pokok manusia yaitu: al-basyar, al-insan dan an-nass. Di mana jika ketiga kata tersebut dianalisis lebih mendalam ternyata mempunyai hakikat dan makna yang berbeda berdasarkan penjelasan Al-Quran sendiri.

Basyar

Basyar yang dalam Al-Quran disebut sebanyak 27 kali, memberikan referensi pada manusia sebagai makhluk biologis. Sebagai makhluk biologis, manusia dapat dilihat dari perkataan Maryam kepada Allah pada surat Ali-Imran [3]: 47.

Maryam berkata: “Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, Padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-laki pun.” Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): “Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: “Jadilah”, lalu jadilah Dia.

Nabi Muhammad saw. disuruh Allah menegas-kan bahwa secara biologis, ia seperti pada manusia lain. Allah berfirman pada surat Al-Kahfi [18]: 110

Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa”. Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Tuhannya”.

Semua kata basyar dalam Al-Quran menunjukkan gejala umum yang nampak pada fisiknya atau lahiriyahnya. Dengan demikian pengertian basyar tidak lain adalah manusia dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan aktivitas lahiriahnya yang dipengaruhi oleh dorongan-dorongan biologis, seperti makan, minum dan akhirnya mati sebagai kegiatannya di dunia.

Insan

Insan yang dalam Al-Quran disebut sebanyak 65 kali, digunakan untuk menyatakan manusia dalam lapangan yang amat luas, antara lain dalam konteks ilmu. Manusia didorong untuk meraih pengetahuan sebanyak-banyaknya dan pengetahuan merupakan karunia khusus bagi manusia. Allah mengajarkan kepada manusia segala sesuatu yang tidak mungkin diketahui oleh makhluk lainnya. Firman Allah dalam surat Al-‘Alaq 1-4,

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam.”

Dengan demikian makna insan yang disebutkan dalam Al-Quran adalah manusia dilihat dari sisi bagaimana manusia melakukan kegiatan yang disadari oleh akalnya serta aktualisasi dalam kehidupan secara nyata, yaitu perencanaan, tindakan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya. Manusia dalam konteks alinsan selalu berkaitan dengan unsur ruhani.

An-Nas

Konsep kunci yang ketiga adalah an-nas yang mengacu pada manusia sebagai makhluk sosial. An-nas disebut dalam Al-Quran sebanyak 240 kali. Berdasarkan fitrahnya manusia memang makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Tentunya sebagai makhluk sosial, manusia harus mengutamakan keharmonisan bermasyarakat. Manusia harus hidup sosial artinya tidak boleh sendiri-sendiri karena manusia tidak bisa hidup sendiri. Asal mula terjadinya manusia yang bermula dari pasangan laki-laki dan wanita (Adam dan Hawa) kemudian berkembang menjadi masyarakat. Dengan kata lain, adanya pengakuan terhadap spesies di dunia ini menunjukkan bahwa manusia harus hidup bersaudara dan tidak boleh saling menjatuhkan. Secara sederhana, inilah sebenarnya fungsi manusia dalam konsep An-Naas. Mengenai asal kejadian keturunan umat manusia, dijelaskan dalam ayat berikut.

Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran surat An Nisa (4) ayat 1,

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”

Dari kedua pandangan tadi (Barat dan Islam) kita bisa menyimpulkan bahwa Barat sendiri masih bingung menyimpulkan hakikat manusia, apakah manusia hanyalah sebuah entitas organis biologis semata yang tak ubahnya tumbuhan ataupun hewan, ataukah sebuah organ mekanis yang tingkah lakunya digerakkan oleh lingkungan. Mereka sama sekali tidak membahas manusia kaitannya dengan sang pencipta manusia, yaitu Allah, sang Maha Pencipta. Inilah ciri humanisme sekuler yang memang memisahkan pembahasan manusia dari konsepsi wahyu.

Berbeda dengan pandangan Al-Quran tentang manusia yang meskipun mempunyai banyak peran namun semua terikat dan terhubung dengan konsepsi wahyu tentang hakikat manusia itu sendiri. Sehingga apa pun peran manusia baik sebagai individu maupun sosial harus dikembalikan kepada aturan yang digariskan tuhannya dalam wahyu.

Sumber : Konsep Kemanusiaan Dalam Pandangan Islam, Edy Wirastho : 2017

Komentar0

Tinggalkan komentar Anda disini:

Type above and press Enter to search.