MlatenMania.com - Konsumsi rokok menjadi sebuah kebiasaan yang sudah lama dilakukan terbukti dengan adanya perkembangan rokok yang begitu pesat hingga saat ini. Awal mula perkembangan rokok sebenarnya dimulai sejak tahun 600 SM yaitu ketika orang Amerika sudah memulai menanam tanaman tembakau, dan pada tahun ke-1 Masehi. Orang Amerika telah mengkonsumsi rokok. Kebiasaan ini, terus berkembang seiring dengan tingkat mobilitas penduduk Ameika. Hingga saat ini perilaku merokok seperti menjadi bagian dari gaya hidup dan terus berlanjut, terutama pada negara berkembang.
Sekitar tahun 1492 M, seorang pelaut terkenal yang bernama Chistoper Colombus telah menemukan benua Amerika. Ketika itu dia menyaksikan penduduk setempat yaitu orang-orang Indian sedang asyik menghisap lintingan tembakau yang sekarang kita kenal dengan sebagai rokok. Pada saat itu, rokok sudah merupakan satu hal yang lazim dilakukan oleh penduduk asli dibenua baru tersebut, yang sebenarnya pula orang indian tersebut mengenalnya dari tetangga mereka, masyarakat Meksiko.
Karena terpengaruh kebiasaan ini ia lalu melakukannya sendiri dan memperkenalkannya ke Benua Eropa. Pada abad ke 16, sejumlah pelaut sepanyol dan portugis bersama-sama menanam tembakau di Hindia barat dan brazil. Paris mulai mengenal tembakau lewat Andre Thevet dan Jean Nicot pada tahun 1560. Tepatnya pada tahun 1573, akhirnya Nicot menerbitkan buku yang pada halaman 478 dijumpai istilah Nicotiane untuk menyebut jenis tanaman obat (tembakau), dari sinilah istilah Nicotiane dipakai untuk menyebut tanaman obat tembakau itu. Maka sejak abad ke 16, eropa dikenal dengan pohon-pohon tembakaunya dan kebiasaan masyarakatnya menghirup asap rokok.
Mendekati abad ke 18, kebiasaan merokok mulai memberikan pengaruh pada Negara-negara lain seperti Denmark, Swedia, Slovaki. Serta di Negara-negara islam pada saat itu belum dikenal rokok dan pohon tembakau. Awal munculnya rokok di negara-negara islam adalah pada akhir tahun keseribu dari tahun Hijriah yang dibawa oleh orang-orang Nasrani, lalu menyebarlah rokok itu di Negara-negara islam secara merata.
Pada sekitar abad ke 17 sampai dengan sekitar abad ke 18, merokok masih menggunakan pipa. Kemudian bergeser menjadi cerutu sekitar paruh pertama abad ke 19, selanjutnya pada akhir abad ke 19 rokok bergeser menjadi cigarette seperti yang kita lihat saat ini. Kreatifitas perokok Sepanyol dalam mengkonsumsi rokok dengan menggunakan kertas sigaret akhirnya diwujudkan dengan berdirinya pabrik rokok sigaret pertamakalinya sejak tahun 1776 di Meksiko. Pada tahun 1860, rokok diproduksi dengan mesin yang disebut peace cutter dan pada tahun 1880 mesin ini disempurnakan oleh James Albert Bensack yang berasal dari Virginia, Amerika.
Rokok Di Indonesia
Negarawan yang kala itu menjabat sebagai Duta Besar Republik Indonesia di Inggris, Haji Agus Salim menghisap kreteknya di sebuah pertemuan diplomatik di Kota London.5 Aroma yang keluar dari rokok tersebut memancing seorang diplomat barat bertanya tentang apa yang sedang dihisap oleh Agus Salim. Lalu Agus Salim pun menjawab "Inilah yang menyebabkan nenek moyang kalian dengan sekian abad lalu datang dan kemudian menjajah negeri kami". Setelah itu, rokok kian terkenal.
Tidak ada jejak pasti asal dan sejarah rokok kretek lahir di Nusantara. Akan tetapi, menurut budaya tutur dikalangan para pekerja pabrik rokok secara turun menurun, riwayat kretek bermula dari penemuan Haji Djamari pada kurun waktu sekitar akhir abad ke-19.6 Rokok kretek sendiri adalah rokok yang menggunakan tembakau asli dipadukan dengan cengkeh yang dikeringkan, ketika dihisap terdengar bunyi kretek-kretek.
Haji Djamhari |
Haji Djamhari meninggal pada tahun 1890, sehingga perkembangan industri rokok Kudus diperkirakan mulai tahun 1870 sampai dengan 1880 dan jenis rokok yang diproduksi waktu itu adalah rokok klobot. Rokok klobot ini dalam bahasa Belanda disebut strootje yang artinya rokok jerami.
Raja-raja rokok waktu itu tercatat : Sirin-PR (Pabrik Rokok) Garbis, H.M Muslich-PR Teboe dan PR Jagoeng. H. Atmowidjojo-PR Goenoeng, HM Noorchamid-PR Sabuk, Mas Nitisemitro-PR Bal Tiga, Sebelumnya pada 1864 di Deli telah didirikan pabrik tembakau oleh Nienhuys dan pada 1869 didirikan Deli Maatschappij yang hasilnya terutama diekspor.
Jenis rokok berbeda-beda pada saat itu, tergantung daun kertas/pembungkus serta campiran rokok pada saat itu:
- Pada 1900-an dikenal rokok nipah di Magelang dan Muntilan
- Pada 1900 dikenal rokok wangen yang kemudian lenyap pada 1930
- Pada tahun 1930 muncul rokok klembak di Purworejo, Kutoarjo dan Kebumen
- Pada 1925 pabrik rokok kretek telah bermunculan di semua kota kabupaten di Jawa Tengah dan pada 1931 telah menyebar ke seluruh bagian utara Jawa Tengah, Magelang, Surakarta dan Yogyakarta.
- Sebelum 1920 Jawa Timur mula-mula mengenal rokok Jawa yang berarti tanpa cengkeh.
- Pada 1910 mulai muncul industri H.M Sampoerna di Surabaya
- Pada 1920 masyarakat Jawa Timur mulai mengenal rokok cengkeh ‘ Pada
- 1929 muncul pabrik rokok cengkeh di Jombang
Industri rokok kretek di Indonesia berkembang pada tahun 1870-1880an. Rokok beraroma cengkeh ini sangat khas Indonesia. Bentuk-bentuk rokok yang ada saat itu tidak berpenampilan seperti sekarang ini. Kretek dengan klobot merupakan kretek paling umum yang digunakan banyak orang.
Rokok yang pertama kali dibuat adalah rokok lintingan tanpa ada tambahan cengkeh atau campuran bahan lain. Industri rokok pada masa itu digolongkan menjadi industri rumah tangga. Sedangkan rokok kretek dengan aroma cengkeh pertama kali dipelopori oleh Haji Djamhari -seorang penduduk Kudus- pada tahun 1880-an.
Dia menderita sakit di bagian dadanya lalu mulai mempelopori penggunaan minyak cengkeh dalam mengobati penyakitnya dan ternyata penyakitnya mulai sembuh. Dengan naluri bisnisnya maka Haji Djamhari mulai membuat rokok obat yang diproduksi dalam skala industri rumah tangga dan laku di pasaran.
Pada saat itu rokok obat lebih dikenal dengan nama rokok cengkeh, kemudian sebutan tersebut berganti menjadi rokok kretek karena bila rokok ini dibakar maka berbunyi berkemeretekan. Rokok kretek kemudian mulai menyebar di pulau Jawa karena adanya kabar bahwa kebiasaan merokok dapat menyembuhkan sakit bengek atau sesak napas.
Pada masa itu telah muncul ratusan pabrik yang memproduksi rokok kretek dan dalam perkembangannya mampu menggeser keberadaan rokok-rokok produksi mancanegara. Perusahaan rokok kretek pertama di Indonesia adalah perusahaan rokok Mari Kangen di Solo yang kemudian disusul oleh perusahaan rokok Sampoerna di Surabaya. Pada awal abad 20, banyak perusahaan rokok kretek beroperasi di Kudus.
Salah satu perusahaan yang terkenal adalah perusahaan rokok cap Bai Tiga yang dikelola oleh raja rokok Nitisemito. Sejak tahun 1928 terjadilah perubahan penting dalam industri rokok kretek di Kudus yaitu semakin luasnya wilayah industri menuju distrik Kudus, Tenggeles, Cendono dan beberapa wilayah lain di Jawa.
Industri pabrik rokok di Indonesia sampai saat ini masih terkonsentrasi di Jawa ditambah sebagian di Sumatera Utara. Pabrik-pabrik ini terutama memproduksi sigaret kretek. Jenis sigaret yang diproduksi di Indonesia adalah:
- Sigaret Putih atau Sigaret Putih Mesin (SPM) terutama diproduksi oleh PT.BAT. PT Tresno, PT Rodtman dan PT. STTC dengan merek-merek antara lain : Commodore, Escort, 555, State Express, Avion, Ardath, Dunhill dan Diplomat
- Sigaret Kretek terdiri atas :
- Sigaret Kretek buatan tangan tanpa filter atau SKT dan dikerjakan/dilinting dengan tangan dan bersifat padat karya.
- Sigaret kretek buatan mesin, memakai filter dan SKM
- SKTF atau Sigaret Kretek buatan tangan dengan filter umumnya agak kasar dikerjakan oleh pabrik rokok kecil.
- Klobot rokok kretek yang dibungkus dengan daun jagung, yang umumnya dikonsumsi oleh para petani di pedesaan Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian kecil Jawa Barat.
Menurut data dari Gabungan Pengusaha Pabrik Rokok Indonesia (GAPPRI) jumlah pabrik sigaret kretek pada 1985 adalah 146 buah dengan jumlah karyawan 142.267 orang. Jumlah ini pada tahun 1998 menurut sumber DJBC sudah mencapai 647 pabrik tembakau. Dalam hal ini yang bertambah adalah pabrik-pabrik ukuran kecil dengan jumlah produksi pada tahun 1996 sebesar 220.175 milyar batang yang sebagian besar (77 %) merupakan hasil produksi 4 pabrik golongan besar (PT. Gudang Garam, PT Djarum Kudus, PT.HM Sampoerna dan PT. Bentoel). Pada 1997 jumlah produksi mencapai 226,933 milyar batang.
Konsumsi Sigaret perkapita perhari di Indonesia pada tahun 1985 adalah 1,5 batang/orang/hari. Pada 1994 sudah menjadi 2,5 batang/orang/hari (menurut data PT HM Sampoerna 1995). Mengenai pangsa pasar menurut Rhenald Kasali, pada tahun 1970 rokok putih menguasai 40 % pasar rokok dan pada tahun 1985 menyusul tinggal 19%. Dari data yang diperoleh pada tahun 1994 pangsa pasar rokok putih (SPM) tinggal 12 %” Menurut dia DJBC pada tahun 1997 pangsa pasar SPM tinggal 11,2 % saja.
Demikian artikel mengenai Sejarah Singkat Rokok Di Indonesia, mudah-mudahan bisa bermanfaat untuk semuanya. Sekian dan terimakasih.
Komentar0
Tinggalkan komentar Anda disini: